السلا م عليكم ورحمة الله وبر كا ته

WELCOME IN MY BLOG

Sabtu, 24 April 2010

Gadis Kecil Yang Sholihah

Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya. Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:

Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.

Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.

Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."

Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan memarikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.

PAda suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.

Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.
Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "
Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."

Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan kelurlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin.
Majalah Qiblati edisi 04 tahun III 01-2008/12-1428

Selasa, 20 April 2010

TANGISAN BILAL BIN RABAH RHU, MUAZIN RASULULLAH SAW

Jika nama Abu Bakar disebut, Al-Faruq Umar bin al-Khath-thab rhu berkata, "Abu Bakar adalah tuan kami, dan dia mem-bebaskan tuan kami." Yakni Bilal. Orang yang disebut Umar sebagai "tuan kami" adalah benar-benar orang yang mulia dan mempunyai kedudukan yang agung.

Ia adalah mu'adzin Rasulullah saw. Ia adalah hamba yang disiksa oleh tuannya dengan batu yang telah dipanaskan un-tuk memurtadkannya dari agamanya, tapi ia berkata, "Ahad, Ahad (Allah Yang Esa)."

Ia hidup sebagai hamba sahaya, hari-harinya berlalu tanpa beda dan buruk. Ia tidak punya hak pada hari ini, dan tidak punya harapan pada esok hari. Seringkali ia mendengar tuan-nya, Umayyah, berbicara bersama kawan-kawannya pada suatu waktu dan para anggota kabilah di waktu lain tentang Rasulul-lah saw, dengan pembicaraan yang meluapkan amarah dan ke-dengkian yang sangat.

Pada suatu hari Bilal bin Rabah mengetahui cahaya Allah, lalu ia pergi menemui Rasulullah a dan mengikrarkan keisla-mannya. Setelah itu ia menghadapi berbagai macam penyiksaan, tapi ia tetap tegar bagai gunung. Ia diletakkan dalam keadaan telanjang di atas bara api. Mereka membawanya keluar pada siang hari ke padang pasir, dan mencampakkannya di atas pasir-pasir yang panas dalam keadaan tak berbaju. Kemudian mereka membawa batu yang telah dipanaskan yang diangkut dari tem-patnya oleh sejumlah orang dan meletakkannya di atas tubuh dan dadanya. Siksa demi siksa berulang-ulang setiap hari, tapi ia tetap tegar. Hati sebagian penyiksanya menjadi lunak seraya berkata, "Sebutlah Lata dan Uzza dengan baik." Mereka me-nyuruhnya supaya memohon kepadanya tapi Bilal menolak untuk mengucapkannya, dan sebagai gantinya ia mengucapkan senandung abadinya, "Ahad, Ahad".

Abu Bakar ash-Shiddiq rhu datang pada saat mereka menyik-sanya, dan meneriaki mereka dengan ucapan, "Apakah kalian membunuh seseorang karena berucap, 'Rabbku adalah Allah?'." Abu Bakar meminta kepada mereka untuk menjualnya kepada-nya. Umayyah memang berkeinginan untuk menjualnya. Akhir-nya Abu Bakar rhu membelinya dengan harga yang berlipat ganda dari Umayyah. Setelah itu dia membebaskannya, dan Bilal mulai menjalani kehidupannya di tengah-tengah orang-orang mer-deka... para sahabat yang taat lagi berbakti. Ketika Abu Bakar y memegang tangan Bilal untuk membawanya, maka Umayyah berkata kepadanya, "Ambillah! Demi Lata dan Uzza, seandainya kamu menolak kecuali membelinya dengan satu uqiyah, niscaya aku menjualnya kepadamu dengan harga itu." Abu Bakar rhu menjawab, "Demi Allah, seandainya kamu menolak kecuali seharga seratus uqiyah, niscaya aku membayarnya."

Setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, Rasulullah saw me-nyariatkan adzan untuk shalat, dan pilihan jatuh pada Bilal sebagai mu'adzin pertama untuk shalat. Ini pilihan Rasulullah saw. Bilal pun melantunkan suaranya yang menyejukkan dan menggembirakan, yang memenuhi hati dengan iman, dan pen-dengaran dengan keindahan. Ia menyeru, "Allahu Akbar, Allahu Akbar" dan seterusnya. Ketika datang perang Badar, dan Allah menyampaikan urusannya, Umayyah keluar untuk berperang... Dan ia jatuh tersungkur dalam keadaan mati di tangan Bilal rhu.

Pemimpin kekafiran mati tertusuk oleh pedang-pedang Islam sebagai balasan buat Bilal yang berteriak setelah terbunuh-nya, "Ahad, Ahad." Hari-hari berlalu, Makkah ditaklukkan, dan Rasulullah saw masuk Makkah dengan ditemani Bilal. Kebenaran telah datang, dan kebatilan telah sirna. Bilal mengikuti semua peperangan bersama Rasul saw dan mengumandangkan adzan untuk shalat. Ia terus menjaga syiar agama yang agung ini. Sampai-sampai Rasul saw menyifatinya sebagai "seorang pria ahli surga". Dan Rasul saw berpulang ke haribaan Allah dalam keadaan ridha lagi diridhai. Sepeninggal beliau, sahabatnya dan khalifahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq rhu bangkit memim-pin urusan kaum muslimin. Bilal pergi menemui ash-Shiddiq seraya berkata kepadanya, "Wahai Khalifah Rasulullah, aku mendengar Rasulullah saw bersabda,


أَفْضَلُ عَمَلِ اْلمُؤْمِنِ اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

'Amalan mukmin yang paling utama ialah berjihad di jalan Allah'."*

Abu Bakar bertanya kepadanya, "Apakah yang engkau kehendaki, wahai Bilal?" Ia menjawab, "Aku ingin murabathah (siap siaga berperang) di jalan Allah hingga aku mati." Abu Bakar bertanya, "Lantas siapa yang mengumandangkan adzan untuk kami?!"

Bilal berkata, sementara kedua matanya mengalirkan air mata, "Sesungguhnya aku tidak mengumandangkan adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah saw." Abu Bakar ber-kata, "Tetaplah mengumandangkan adzan untuk kami, wahai Bilal." Bilal berkata, "Jika engkau memerdekakan aku agar aku menjadi milikmu, lakukan apa yang engkau suka. Jika engkau memerdekakan aku karena Allah, biarkanlah aku berikut pem-bebasan yang kau berikan kepadaku." Abu Bakar berkata, "Aku memerdekakanmu karena Allah, ya Bilal."

Bilal kemudian melakukan perjalanan ke Syam yang di sana ia terus menjadi mujahid dan selalu siap sedia untuk berjihad. Konon, ia berkali-kali datang ke Madinah dari waktu ke waktu ... tapi ia tidak mampu mengumandangkan adzan. Hal itu karena setiap kali hendak mengucapkan, "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah" (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah), kenangan-kenangan masa lalu menahan dirinya, lalu suaranya tersembunyi di kerongkongannya, dan sebagai gantinya air matanyalah yang meneriakkan kata-kata itu.**

Akhir adzan yang dikumandangkannya ialah pada saat Khalifah al-Faruq Umar bin al-Khaththab y mengunjungi Syam. Kaum muslimin meminta Khalifah membawa Bilal agar mengu-mandangkan adzan untuk shalat mereka. Amirul Mu'minin memanggil Bilal, sementara waktu shalat telah tiba. Umar ber-harap kepadanya agar mengumandangkan adzan untuk shalat. Bilal pun naik dan mengumandangkan adzan... maka menangis-lah para sahabat yang pernah bersama Rasulullah saw ketika Bilal mengumandangkan adzan untuk beliau. Mereka menangis seakan-akan mereka tidak pernah menangis sebelumnya, selamanya.

Bilal meninggal di Syam dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah, sebagaimana yang dikehendakinya. Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha kepadaNya.

CATATAN KAKI:

* Lihat, Thabaqat Ibn Sa'd, 3/ 168
** Rijal Haula ar-Rasul a, 62-70 dengan sedikit perubahan

Tangisan Kaum Yang Shalih Karena Melihat Pemuda Yang Benar-Benar Bertaubat

Tangisan Kaum Yang Shalih Karena Melihat Pemuda Yang Benar-Benar Bertaubat
Rabu, 15 Oktober 08

Dari Raja' bin Maisur al-Majusyi'i, ia menuturkan, "Kami berada di majelis Shalih al-Mirri* saat ia sedang berbicara (me-ngajar), lalu ia berkata kepada seorang pemuda yang berada di hadapannya,"Bacalah, wahai pemuda!" Lalu pemuda itu membaca, "Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (Hari Kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zhalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya." (Al-Mu'min: 18)

Shalih menyela bacaan itu kemudian berkata, "Bagaimana mungkin seorang yang zhalim dapat memiliki kawan atau pembela, padahal semua tuntutan adalah kepunyaan Allah Rabb alam semesta? Demi Allah, seandainya engkau menyaksikan orang-orang yang berbuat zhalim dan maksiat digiring ke neraka Jahim dalam keadaan terikat rantai, tidak beralas kaki, telanjang, dengan wajah hitam, mata biru, dan badan lunglai seraya berseru, 'Celaka kami! Apakah yang akan menimpa kami? Mau dibawa ke mana kami? Mau diapakan kami?' Malaikat menggiring mereka dengan palu godam dari api, kadangkala para malaikat itu menginjak wajah mereka, dan terkadang mereka diseret pula, terkadang mereka menangis darah karena air matanya telah habis; terkadang mereka berteriak keras karena terheran-heran. Demi Allah, seandainya engkau melihat keadaan mereka, engkau tidak akan kuat menyaksikannya, hatimu pasti gelisah dan kakimu akan gemetar." Kemudian Shalih berseru, "Betapa buruknya pemandangan ketika itu! Betapa jeleknya akhir perja-lanan itu!" Shalih menangis, dan semua orang di sekitarnya juga menangis.

Pemuda tadi berdiri dan berkata, "Apakah semua ini akan terjadi pada Hari Kiamat?" Shalih menjawab, "Ya, demi Allah, wahai anak saudaraku. Aku tidak melebih-lebihkan. Aku men-dengar bahwa mereka berteriak di neraka sampai suara mereka habis."

Pemuda itu pun berseru, "Inna lillah! Betapa aku telah lalai selama ini! Ya Rabb, betapa aku menyesal telah tidak taat selama hidupku ini, betapa aku sangat menyesal telah membuang-buang waktuku di dunia."

Lalu pemuda tersebut menangis, kemudian ia menghadap kiblat seraya berdoa, "Ya Allah, aku sekarang menghadapMu dengan taubat yang tidak dicampuri dengan riya'. Ya Allah, terimalah aku atas apa yang telah aku lakukan sebelumnya. Ampunilah perbuatanku terdahulu, angkatlah aku dari dosaku, sayangilah aku dan orang yang di sekitarku. Karuniakanlah kami kedermawanan dan sifat pemurahMu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih. KepadaMu aku lempar-kan ikatan dosa dari leherku. KepadaMu-lah aku kembali de-ngan semua anggota badan ini dengan hati yang tulus. Celakalah aku, jika Engkau tidak menerima diriku." Setelah itu ia pingsan.

Shalih dan saudara-saudaranya menjenguk pemuda itu se-lama beberapa hari dan akhirnya ia meninggal. Banyak sekali orang yang hadir, mereka menangisinya dan mendoakannya. Shalih seringkali menyebut-nyebut pemuda itu dalam majelisnya dengan berkata, "Sungguh ia telah meninggal karena al-Qur'an. Sungguh ia meninggal karena nasihat dan kesedihan." Seseorang memimpikan pemuda tersebut setelah kematiannya. Orang itu bertanya dalam mimpinya, "Apa yang telah kau lakukan.?" Ia menjawab, "Keberkahan majelis Shalih meliputiku, sehingga aku masuk dalam keluasan rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu."

CATATAN:

* Shalih al-Mirri adalah seorang zahid, orang yang khusyu', penasihat penduduk Bashrah dan seorang Qadhi. Meninggal pada tahun 172 H.

Usaha PENCURIAN JENAZAH NABI Shalallahu ‘alaihi wa sallam

Sejarah mencatat, beberapa usaha pencurian terhadap jenazah Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam , semuanya mengalami kegagalan. Sungguh Allah Subhanaahu wa Ta’ala telah menjaga Nabi-Nya Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal.

Ada lima usaha pencurian jenazah Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam yang ditulis oleh penulis buku Sejarah Masjid Nabawi as-Syarif, Muhammad Ilyas ‘Abdul Ghani. Aku akan menyebutkannya secara ringkas:

Usaha pertama:

Di masa al-Hakim Biamrillah al-‘Ubaidiy[1], salah seorang zindiq mengusulkan kepadanya untuk menghadirkan jasad Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wa sallam ke Mesir untuk menarik perhatian manusia kepadanya sebagai pengganti Madinah, lalu memerangi penduduknya. Pada hari berikutnya, Allah Ta’ala mengirimkan angin ke Madinah, dan hampir bumi tergoncang karena kuatnya angin itu. Hal ini menjadi penghalang tujuan para pembangkang tersebut.

Usaha kedua:

Pada masa khalifah al-Ubaidiy yang sama. Dia mengutus orang untuk tinggal di sebuah rumah dekat dengan al-Haram an-Nabawi. Kemudian ia menggali sebuah terowongan dari rumah tersebut menuju kubur Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Kemudian penduduk Madinah mendengar ada suara menyeru, memanggil-manggil di tengah-tengah mereka bahwa ‘Nabi kalian akan digali (kuburnya)’. Maka manusiapun menyelidikinya, kemudian mendapati mereka yang sedang menggali, lalu membunuh mereka. Patut juga disebutkan bahwa al-Hakim bin Ubaidillah mengaku sebagai Tuhan pada tahun 408 H.

Usaha ketiga:

Dilakukan oleh para penggali kubur dari Raja-Raja Nasrani. Hal itu dilaksanakan dengan perantara dua orang Nasrani dari Maroko. Namun Allah Ta’ala melindungi jasad Nabi-Nya Sholallohu ‘alaihi wa sallam dengan cara Panglima Nuruddin Zankiy bermimpi bertemu Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam tidurnya, beliau menunjukkan dua orang berambut merah kekuning-kuningan, dan beliau bersabda: “Tolonglah aku, selamatkan aku dari dua orang laki-laki ini.’ Panglima Nuruddin Zanky pun terkejut bangun dari tidurnya. Kemudian dia kumpulkan para hakim, lalu mereka memberinya usul agar dia menuju Madinah. Diapun sampai di Madinah dengan membawa harta yang banyak untuk dibagikan kepada penduduk Madinah. Dia kumpulkan manusia, lalu memberi mereka hadiah setelah nama-nama mereka dicatat, dan dia tidak melihat dua orang laki-laki yang ditunjukkan Nabi dalam mimpinya. Di saat itu dia bertanya, ‘Adakah orang yang belum mengambil sesuatu dari harta shadaqah ini?’ Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Dia bertanya lagi, ‘Berfikirlah, ingat-ingatlah.’ Merekapun menjawab, ‘Tidak tertinggal seorangpun kecuali dua orang Maroko, keduanya adalah orang shalih, kaya dan banyak shadaqah.’ Mendengar itu dada panglima pun menjadi lapang, kemudian memerintahkan untuk memanggil keduanya. Lalu dia melihatnya persis seperti dua orang laki-laki yang dilihatnya di dalam tidurnya.

Diapun bertanya kepada keduanya, ‘Dari mana kalian berdua?’

Keduanya menjawab, ‘Jama’ah haji dari Maroko.’

‘Berkatalah jujur kepadaku,’ sergah Panglima.

Lalu keduanya ditahan kerenanya.

Panglimapun bertanya tentang rumah keduanya. Di saat dia pergi dan sampai di rumah kedunya, dia tidak mendapati selain harta dan buku-buku di rak. Pada saat dia mengangkat tikar, dia menemukan lorong yang menghantarkan ke kamar Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Manusiapun terkejut. Setelah keduanya dipukuli, keduanya mengaku sebagai penggali kubur milik raja-raja Nasrani, dan sebelum keduanya sampai di kuburan terjadi goncangan di bumi. Panglima Nuruddin Zankiy pun membunuh keduanya di Kamar Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Kemudian beliau perintahkan untuk membangun tembok disekitar Kubur yang mulia yang terbuat dari tembok timah tebal agar tidak ada seorangpun yang berani berbuat lancang lagi dengan menggunakan cara tersebut.

Usaha keempat:

Sejumlah orang-orang Nasrani mencuri dan merampok kafilah jam’ah haji. Kemudian mereka bertekad untuk menggali kubur Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam . Mereka berbicara dan terang-terangan dengan niat mereka, kemudian mereka menyeberangi laut menuju Madinah. Kemudian Allah Ta’ala menolak serangan mereka dengan kapal yang telah disiapkan dari Mesir al-Iskandariyah yang mengikuti mereka, kemudian menangkap mereka semuanya, kemudian menawan dan membagi-bagi mereka di negeri kaum muslimin.

Usaha kelima:

Usaha yang dilakukan dengan niat untuk menggali kubur Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma. Itu terjadi di pertengahan abad ke tujuh hijriyah. Sejumlah orang yang mencapai 40 orang laki-laki bertujuan untuk menggali kubur di malam hari, kemudian bumipun terbelah dan menelan mereka.

Hal ini diceritakan oleh pelayan al-Haram an-Nabawy pada saat itu. Dia adalah Shawwab, as-Syamsu al-Malthiy. (AR)*

Foot Note:

[1]Pada tahun 358 H, orang-orang Rafidhah ‘Ubaidiy menguasai Mesir, mereka itu adalah satu kelompok yang mengaku cinta kepada Ahlul Bait. Di antara pemimpin mereka yang paling menonjol adalah al-Hakim Biamrillah yang mengaku sebagai Tuhan, dan dia mendakwahkan pendapat reinkarnasi arwah. Kekuasaan negeri itu berakhir pada tahun 568 H
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Senin, 19 April 2010

Keistimewaan Sifat Pemaaf

Dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda :


صل من قطعك وأحسن إلى من أساء إليك وقل الحق ولو على نفسك

“Sambunglah tali silaturrahim dengan orang yang memutus hubungan denganmu, berbuat baiklah kepada orang yang berlaku buruk terhadapmu dan katakan yang haq walau menyakiti dirimu”

Ilmu kedokteran datang selaras dengan apa yang diwasiatkan Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam .
Dr. Fitche Georant berkata :
“Keistimewaan sikap memaafkan menjadikan orang yang mendapat perlakuan buruk mampu hidup tenang. Perasaan dendam dan benci akan mengeruhkan hidup, menyebabkan kegelisahan dan mengobarkan perasaan sakit di dalam relung hati. Adapun sikap memaafkan maka ia menghapuskan semua itu”

( Abu Maryam Abdusshomad, diambil dari buku 100 Mukjizat Islam, karya Yusuf Ali al-Jasir, Pustaka Darul Haq, dengan sedikit perubahan)

Doa Minta Jodoh (Surat Terbuka Untuk Tuhan)

Tuhan...

Bolehkan aku mengintip sedikit, cukup wajahnya saja Tuhan, siapa yang jadi istriku kelak… Karena, jika telah kuketahui sosoknya sebelumnya.. Aku tak perlu khawatir akan keraguanku.

Pun, jika dia masih jauh dari jangkauanku, dengan senang hati aku akan memperjuangkannya, meskipun harus bercucur keringat darah karenanya.

Tuhan...

Tahukah Engkau Tuhan... Karena Engkau begitu pelit dengan segala rahasia-Mu, telah banyak hati yang terzalimi. Bahkan mungkin, nyaris melakukan tindakan yang jauh dari ampunan-Mu, yaitu merebut minuman yang harusnya menjadi hak serangga. Tak kasihan kah kau pada serangga itu Tuhan...

Ah! Maaf Tuhan... Jadi OOT. Jangan di-bata ya Tuhan.. :D

Tuhan..

Jika memang Engkau kekeuh tak berkenan memberi bocoran, pun tak mempan suap, it's ok Tuhan.

Aku pasrahkan semuanya dalam kehendak-Mu…

Jika kau memaksa menjodohkanku dengan Sandra Dewi, aku pun tak punya pilihan lain untuk menolak Tuhan...

Tapi, kurasa kasihan nanti.. Dunia akan gempar! Para ilmuwan akan panik! Mengetahui fenomena alam ini. Karena dalam era modern seperti sekarang, mu'jizat sudah dianggap hal yang absurd!

Untuk itu, tak perlulah Engkau memaksakan jodohku seorang wanita sempurna fisiknya Tuhan. Cukuplah, seorang yang membuatku nyaman ketika bersamanya.

Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).

Tak perlulah dari keluarga ningrat. Cukuplah, jika ia dan keluarganya ikhlas menerimaku dan keluargaku menjadi bagian keluarga mereka, sama seperti keikhlasanku dan keluargaku menerima mereka menjadi keluarga kami yang baru.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.Al-Hujurat(49):13).

Tak perlu memiliki harta melimpah, tapi cukuplah ia gemar bersedekah.

...dan persetubuhan salah seorang dari kalian (dengan isterinya) adalah shadaqah." [alhadits]

Tak perlu berbudi pekerti luhur, tapi semoga ia bukan wanita keras kepala, tipis nuraninya, dan buta mata hatinya.

Tak perlu memiliki kecerdasan dan tingkat intelejensia di atas rata-rata, tapi cukuplah jika ia sadar dengan kerelaan menyerahkan diri sepenuhnya dalam tanggung jawabku.

Tak perlu harus selalu memahamiku, tapi cukuplah ia jika tak memberatkanku.

Tak perlu harus selalu melayaniku, tapi cukuplah jika ia ikhlas dalam keterpurukanku.

Tak perlu harus pintar masak, tapi cukuplah jika ia sadar dan mengerti bahwa dalam makanan ada keberuntungan, dan keberuntungan itu 'mahal'. Yang harganya tak bisa terbeli dengan ke'mubazir'an.

Tak perlu harus pintar mengurus rumah, tapi cukuplah jika ia bisa menjaga kehormatan 'rumah'. Orang jawa bilang: Mikul dhuwur, mendhem jero.

Tak perlu harus pintar dalam mendidik anak, tapi cukuplah jika ia tahu dan sadar, bahwa waktu kebersamaan tak bisa digantikan uang jajan. Dan, kasih sayang tak bisa digantikan maaf dan penyesalan.

Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).

Tak perlu seorang alim, tapi cukuplah jika ia bersedia mengingatkanku dan mau kuingatkan jika masing-masing dari kami berada dalam kekhilafan.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).

Ah! Requestku kebanyakan ya Tuhan...

Maaf ya Tuhan..

Tapi, bagaimanapun ia, jika ia pilihan-Mu, aku yakin itu terbaik untukku...

Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan rizki yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).


Last but Not Least Tuhan…

Ada ulama yang mengatakan, "Jodoh itu di Tangan Tuhan, tapi kalau ga diambil ya di Tangan Tuhan terus!"

Apa itu benar Tuhan?

Ah! Rahasia lagi...

No Prob Tuhan..

Karena aku tahu, dibalik semua rahasia-Mu, terdapat kebaikan yang memaksa setiap orang untuk terus meningkatkan ikhtiar dan tawakkalnya.

"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49)

Akhirul kalam..

Terima kasih Tuhan telah mendengarkan rajukanku, hamba-Mu yang manja ini..

Ttd

RAHASIA‼!

"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).

Lagi, Info bahaya Rokok

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa setiap tahun rokok membunuh sekitar lima juta penghisapnya. Para ilmuwan mengatakan bahwa asap rokok mengandung 4000 bahan kimia, yang diantaranya adalah zat yang bisa menimbulkan bahaya dan kerusakan bagi tubuh manusia, juga termasuk di dalamnya zat yang bisa menyebabkan kanker.
WHO juga menyatakan bahwa setiap tahun, sekitar 600.000 orang yang tidak merokok meninggal dunia disebabkan merokok pasif , yaitu mereka menghirup asap rokok dari para perokok yang ada di dekat mereka. Angka terbesar dari data yang meninggal disebabkan merokok pasif (merokok tidak langsung) ada pada korban anak-anak (sekitar 40%).

Asap rokok bisa menimbulkan lebih dari seratus penyakit. Yang paling bahaya adalah penyakit jantung, mengerasnya pembuluh darah, problem di paru-paru, usus besar dan berakhir dengan kanker. Sebuah penelitian baru menyimpulkan bahwa resiko merokok dengan pipa tidak kalah bahayanya. Pipa rokok sangat berbahaya sekali, dan bahayanya bisa terlihat dimana seorang perokok dia menghisap banyak sekali dari asapnya tanpa ia sadari.

Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa larangan merokok memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Penduduk di kota-kota yang telah menerapkan sistem larangan merokok, mereka lebih menikmati kesehatan, baik secara psikologis ataupun secara fisik daripada yang lain. Oleh karena itu para ahli menyatakan : “Metode terbaik untuk menjauhi bahaya rokok baik secara ekonomi ataupun fisik, adalah dengan diterapkannya pelarangan rokok ”

Maha suci Allah!
Islam telah mengharamkan segala sesuatu yang membahayakan. Dan rokok dengan berbagai jenisnya adalah termasuk salah satunya. Para ulama kaum muslimin dan juga para ahli fatwa telah menyatakan keharaman rokok. Itu dikarenakan merokok bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain disekitarnya, sedangkan Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda :

لا ضرر ولا ضِرار

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain”

Ya, begitulah Islam. Dia datang sesuai dan serasi dengan ilmu pengetahuan. Allah Tabaraka Wata’ala berfirman :

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (Al-Baqarah : 195)

Dan perlu diingatkan bahwa merokok hanyalah sebuah kebiasaan sehingga setiap orang dapat berhenti merokok dengan mudah. Namun dengan syarat dia bertawakkal kepada Allah dan meninggalkan kebiasaan merokok ini karena Allah serta selalu mengingat akan hal ini. Dan setiap kali rokok menghinggapi pikirannya, hendaknya dia mengingat hadits :

من ترك شيئاً للهعوضه الله خيراً منه

“Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik”
Wallahu A’lam

(Abu Maryam Abdusshomad, diambil dan diterjemahkan dari tulisan Abdud Da’im di www.kaheel7.com, dengan sedikit perubahan)

One Question that Could Save Your Marriage

“Who knew marriage could be so difficult?” asked Sara:


“One day you’re this care-free woman, pretty selfish and self-indulgent. Next you have a roomie – and one that is supposed to share that room with you for the rest of your life!”

“We were living on top of each other,” she added,

“Everyone has disagreements – big and small – and we’re all supposed to handle them in some way or another.”

All married couples experience difficulties. Learning to disagree can be one of the hardest but most rewarding experiences in a marriage. Even more rewarding is resolving these disagreements and keeping unhappiness at bay.

Prolonged disagreements could mean there is a chronic problem between spouses, and could ultimately lead to unhappiness. Marriage counselors reveal that this unhappiness is sometimes caused by a void in their expectations of their spouse.

“What Could I do to Make You Happy?”

If you are going through a rough patch with your spouse, and really feel the need to debunk the problem, try asking him: What could I do to make you happy?

“When the counselor at the masjid asked me to ask my husband that question, I thought, ‘no way!’” exclaimed Maryam, an excited and expectant first time mother.

“I’m hormonal and vulnerable. I just hope he’d shrug like he would normally do rather than say anything at all!”

Plenty of women find themselves in the same position as Maryam when dealing with answers to this question. Therefore, find a quiet moment, after the children have gone to bed, and living-in parents or other family members have vanished into their corners of their lives. Make sure both of you are relaxed and perhaps you could prepare two mugs of hot cocoa.

And the ambience helped Maryam:

“He was at surprised at the question, so I allowed myself to explain my feelings that led me to ask him about his happiness,” she said.

“He did need some coaxing to reveal his feelings so I kept it lighthearted, and showed that I really wanted to listen.”

It was difficult at first for Maryam, but she realized that there were not that many things that were causing a rift between them, and they could be easily resolved.

Every husband is different so each scenario would be different, but here are some common issues that could hit familiar chords.


It Could be (the lack of) Your Sex Life

“Yes it was the lack of sex,” admitted Sara, working mother of three.

“I am actually surprised that he took this long to let me know because I was getting frustrated too. We were always busy, and when there was enough time to spend together, we would end up snoring within the first five minutes if we were lucky. Or we would be complaining about work or the kids, and ultimately end up bickering.”

Intimacy is not always easy to achieve especially in today’s busy world, but if it is lacking, it can set sirens off in your relationship.

“When he said he missed us as a couple before the children, we decided it was time to cut back on the working hours and spend more time with the kids. At the same time, we could also send them on playgroups without feeling too guilty (as if we were neglecting them).”

“That took a load off,” Sara said,

“We had more time to be together. Not just for sexual intimacy but to ‘date’. We could actually talk to each other without feeling grouchy or exhausted. It felt like we were newlyweds again, even if it was just for two hours a week – and then our son would then come back with a poopy nappy.”

Not everyone has the flexibility that Sara and her husband has. Sometimes it takes a little more planning. A weekend away from responsibilities or setting a new schedule for date night could just do the trick.

For Nadia it was a little more complicated.

“I had a bad birthing experience with my fifth child, and I had not realized it had affected me sexually until my husband brought it up.”

“He felt that I was holding back and was feeling ashamed of my body,” she said.

“That’s when I broke down and told him that I had felt humiliated during the last birth and no longer sexually attractive.”

“He was shocked,” she continued, “because he had no qualms about my physical appearance even though I had changed so much since before the babies started coming.”

Nadia’s husband arranged for her to meet with a psychiatrist on her own, and later they attended as a couple. After a few months it resolved the issue and Nadia realized that she too had been unhappy. Other problems can affect sexual well-being, such as female-related infections. If you find that the lack of intimacy is affecting your marriage, then this is the time to thrash out the problem.

A healthy sex life revolves around a couple who actively look forward towards intimacy and enjoys it even more.

He Wants to Be the Man

“My parents always had high expectations of me,” said Sara,

“… and for some reason this included climbing the corporate ladder and hiring a housekeeper to do the ‘woman’s’ jobs around the house.”

“They groomed me to be as good as the boys; en par with my brothers; and an equal breadwinner with my husband.”

Sara realized that though these were amiable traits, she was becoming more of an identical being of the household rather than a complementary one to her husband. At some point she was taking over a lot of responsibility that her husband would have liked to shoulder.

“He asked me: ‘if I wore a skirt and lip gloss, would that be okay with you?’ I did not need much convincing after that.”

If your husband feels that he is losing grip of his position as the head of the family, think about it – have you been trying to replicate his role, instead of assuming your important one as the consultant, advisor and nurturer of the family? Generally speaking, women have a lot to shoulder, without prying for the role of the alpha-male!

“So when I started to cut back on my work hours, I began to realize how fun it was to enjoy my children. I could also start grooming myself for the home... and the best thing is: I found nothing demeaning about it. I even wore a skirt once, and it really won me points. I guess he really wanted to be the person to wear the trousers around the house, and I had to respect that. I did, and I love being his consultant and advisor.”

Being feminine is not secondary to being a man – after all, beauty and elegance are what differentiate women from men.

“I am the only woman he is allowed to look at – I might as well make it a rewarding experience for him,” said Sara!

He Never Wants to Feel Abandoned

So, first he needs you to be feminine and beautiful, but he also needs the assurance that you will support him during the times he needs you most. Yes, men can be delightfully complex.

“While I was going through post-partum stress, my husband was shortchanged for a promotion – one he had been eyeing for three years,” recalled Nadia.

“I was so self-absorbed in trying to bond with my fifth baby, and getting over the birth stress. I never realized that he was going through a rough patch too.”

“While talking about his insecurities,” she said, “I realized how strong a woman I was, and how much he needed me. That experience helped me overcome my low self-esteem and post-partum depression and reconnect with the father of my five beautiful children.”

It takes a really big man to ask from help from the women he cares about the most; and who better to support him than his life partner, the person who he wishes to protect, and the woman who shares his home and children with.

He Needs to Know He is Appreciated

“Waheed was psyched up when he found out we were expecting. He bent over backwards with overtime, started piling on gifts for the baby, and bought me plenty of books on childcare.”

“Of course, I did not notice. I was too busy being pregnant myself.”

Maryam said she felt the world revolved around her to the extent that she could not be bothered with anyone else’s feelings.

“Hormones... blame it on the hormones!” she giggles, but when Waheed began to become distant in the second trimester, she felt suddenly alone and neglected.

“He said he was not sure if he would still exist after the baby came. I thought he was crazy, but after a while I knew he was right. I had never said ‘thank you’ to him for anything he had done. I just assumed he had to buy me all those gifts and buy the baby all the gear.”

“Tell him that you appreciate him,” advised Maryam,

Al-hamdu lillah I realize now. Who knows how bad the situation would have become if I had only realized after the baby came. We would have another roomie, who would only express dissatisfaction through screams!”

Finding Answers to His Answers

“It can be an eye-opener when a husband spills his insecurities to his wife,”

relayed Sara:

“It was for me!”

It can be harrowing pick up the pieces, but working on them can ultimately save your marriage. Of course if he says, “the house is never clean,” try not to scream at him. It definitely is not dissatisfaction in you, but maybe he just needs a few pointers on how the conversation is supposed to shape up. But set it aside as an afterthought, and work on ways to perhaps make the house a little more presentable if it really is in shambles.

If it is possible, check back with him in a few weeks, and ask him how he feels about your efforts.

“Try to point out a few examples of your efforts to give both of you a better picture,” said Maryam.

“We spent an evening going over a list of baby names. It was hilarious and at the same time very settling. Waheed finally said he felt like he was pregnant too. It’s a shame I can’t load off my water retention on him though.”

Of course satisfaction and dissatisfaction work both ways – and the good news is, so does communication. If there is something bothering you in your relationship, you also have the right to speak to him from the heart. Tell him about things that are making you unhappy in your relationship – and do this sincerely, rather than out of spite. Just because he points out a few things that makes him unhappy, it does not give you the license the gun him down with your own list of faults.

“Just because he is upset about a few things in your marriage,” says Nadia, “It does not mean that he does not love you. By the very fact that he wants to talk about them (even with a bit of probing) shows he genuinely wants to work his way out of the rut – and he really does care.”

And by the fact that you took the time to listen and work on his insecurities – it shows that you love him too. It just takes that one question to help you save your marriage – and it is that one question that will help both of you to achieve happiness, and rekindle the loving relationship both of you are vying for.

Beratnya Memakai Jilbab

Pada masa remaja dan saat menjadi seorang pria dewasa muda, yang jauh dari Allah, saya suka berbuat iseng, mengganggu, dan meledek teman-teman saya yang memakai jilbab. Pada saat itu masih sangat sedikit wanita yang menggunakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari. Ketika itu, wanita yang menggunakan jilbab dipandang sebagai orang-orang yang ikut aliran tertentu.

Pada saat kehidupan saya mulai dekat dengan Allah, saya baru menyadari betapa jahiliyah-nya saya ketika itu. Saya baru sadar, bahwa ternyata berjilbab bagi wanita merupakan kewajiban yang tercantum dalam Al-Qur’an. Jadi berjilbab (menutup aurat) bagi wanita sama wajibnya seperti perintah sholat, puasa, dan ibadah lainnya.

Ketika saya mendekatkan diri dengan Allah dan berjuang menjauhi semua maksiat yang pernah saya lakukan, saya benar-benar meniatkan diri untuk menjadi Muslim yang kaffah. Setelah saya berangkat haji tahun 1995, dan mendapatkan pengarahan dari “guru” saya, saya meniatkan untuk meninggalkan bank konvensional tempat saya bekerja hingga terwujud 4 tahun kemudian (tahun 1999) untuk resign dari bank konvensional tersebut. Demikian pula saya ingin penampilan isteri saya berubah dari memakai pakaian konvensional menjadi memakai pakaian yang syariah. Namun ternyata tidak mudah untuk mewujudkan hal tersebut. Isteri saya yang sudah terbiasa memakai pakaian konvensional dan lingkungan serta keluarganya yang juga terbiasa memakai pakaian konvensional sejak dia kecil hingga menjadi isteri saya, membutuhkan perjuangan yang berat dan panjang hingga benar-benar mantap memakai pakaian yang sesuai syariah.

Isteri saya baru siap berpakaian syariah dengan jilbab setelah 6 tahun pulang dari tanah suci. Isteri saya pergi ke Makkah pada tahun 1997 bersama saya yang masih bekerja di bank konvensional saat itu. Pulang dari Makkah, isteri saya masih belum siap untuk memakai jilbab. Dia baru mampu menggunakan pakaian yang cukup tertutup. Berbagai alasan yang menguatkan isteri saya untuk tidak siap berjilbab. Hal utama yang menguatkan untuk tidak berjilbab adalah rasa percaya diri (PD) yang rendah untuk memakai jilbab. Dia merasa wajahnya tidak pas untuk bejilbab. Ada saja rasa kurang setiap kali memakai jilbab. Padahal di mata saya, isteri saya tambah cantik saat memakai jilbab. Namun dia tetap tidak PD berjilbab. Namun akhirnya setelah dengan niat yang mantap di hati isteri saya, dia berhasil pada kuartal ketiga 2003 memakai jilbab sebagai pakaiannya sehari-hari hingga hari ini.

Alasan tidak PD untuk berjilbab bukan hanya menimpa isteri saya saja, tetapi juga kakak perempuan saya satu-satunya, serta isteri-isteri saudara-saudara laki-laki saya. Namun, alhamdulillah, setelah mereka berniat dengan mantap dengan dorongan suami-suami mereka, akhirnya saat ini mereka telah menggunakan jilbab. Saya sangat bahagia melihat photo keluarga besar saya yang lengkap pada Idul Fitri tahun lalu (1428 H), semua wanita dewasa memakai jilbab dalam photo tersebut. Photo itu adalah photo keluarga terakhir yang lengkap bersama Ibunda kami (3 bulan setelah itu Ibunda berpulang ke rahmatullah). Photo tersebut sangat berbeda dengan photo keluarga kami pada tahun 2002 yang hampir semua wanitanya tidak menggunakan jilbab.

Di sisi lain, banyak pula wanita yang sudah punya kesadaran penuh untuk berjilbab, namun banyak tantangan yang harus mereka hadapi untuk dapat menggunakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari. Betapa banyak wanita yang ingin berjilbab tetapi mempunyai kendala karena tempat kerjanya yang tidak dapat menerima pegawai yang berjilbab. Mereka benar-benar merindukan lingkungan yang dapat menerima mereka berjilbab secara utuh.

Pengalaman isteri dan saudara-saudara saya yang berat untuk menggunakan jilbab baik karena tidak PD maupun lingkungan yang tidak mendukung, membuat saya sedih setiap melihat adanya pegawai lembaga syariah yang hanya berjilbab pada hari dan jam kerja saja. Menurut pendapat saya pribadi, sungguh sangat sayang jika 5 hari dalam sepekan dan 10 jam dalam hari-hari tersebut menggunakan jilbab karena tuntutan pekerjaan. Dan membuka jilbab di depan umum pada 2 hari lain dalam satu pekan. Betapa sayangnya kesempatan yang dimiliki untuk dapat mematuhi perintah Allah terbuang sia-sia. Mengapa masih ada pegawai lembaga syariah tidak mampu menggunakan jilbab hanya 2 hari sepekan dan beberapa jam di hari-hari lain, padahal lingkungan sudah mendukung. Mengapa mereka lebih takut pada peraturan perusahaan yang mewajibkan mereka berjilbab saat bekerja, dibandingkan takut dengan perintah Allah untuk menutup aurat dengan berjilbab setiap saat?

Entahlah, mungkin saya yang terlalu hipokrit karena dahulu hidup saya jauh dari Allah. Sehingga ketika kehidupan saya mendekat kepada Allah, saya merasa sangat sayang jika ada orang-orang yang punya kesempatan dekat dengan Allah, tetapi tidak mengikuti perintah Allah secara kaffah.

Wallahualam bishowab.